-->
Bupati Raja Ampat, Drs. Marcus Wanma, M.Si |
Ditangan
Marinda, Waisai di tahun 2003 yang hanyalah jalan setapak penuh
lumpur, di tahun 2005 telah berubah menjadi jalan-jalan utama
beraspal beton, menjadi kota yang mentereng dengan gedung-gedung
megah disana-sini. Waisai yang dulunya hanyalah sebuah kampung kecil
berjumlah belasan rumah, kini di tahun 2012 telah menjadi kota dengan
pemerintahan distrik. Ditangan Marinda juga, distrik kota akan
menjadi Kota Madya karena telah masuk dalam rencana pembangunan
Propinsi Raja Ampat Raya.
Terobosan
Marinda dalam membangun kota Waisai sebagai ibukota kabupaten Raja
Ampat, patut di acungi jempol, bagaikan sulap, kampung kecil yang
bernama Waisai ini kini telah menjadi kota yang telah siap
menyelenggarakan event-event internasional. Banyak kegiatan-kegiatan
berskala nasional dan international telah dilaksanakan kota
berpenduduk rata-rata pegawai negeri sipil kabupaten Raja Ampat ini.
Berdiri
gedung-gedung megah di kota Waisai, katakanlah Kantor bupati, Mesjid
Agung Waisai, Bangunan Gereja, Gedung Pari, Pantai WTC, Port Of
Waisai, Bandara Marinda, Objek wisata Waiwo, berdirinya cottage dan
hotel-hotel, gedung perkantoran, Bank Papua dan BRI, sekolah-sekolah
dari SD-SMU, Pasar Waisai, Gedung Wanita, PLTD yang mensuplai energy
listrik, dan masih banyak lagi yang tidak disebutkan tapi dapat kita
lihat dan rasakan.
Ketika
membuka kampung Waisai 09 Juni 2003, mulai dari sejak penjemputan
care taker bupati Drs. Marcus Wanma M.Si dari rakit hingga tiba di
pantai WTC, dilanjutkan menggunakan jalan setapak hingga SD Negeri I
Waisai, terus sampai ke kantor Distrik Waigeo Selatan yang digunakan
sebagai kantor Bupati ( Sekarang kantor DPRD kabupaten Raja Ampat,
Red ), Keadaan waktu itu Waisai masih dipenuhi Dusun belukar. Rumah
hanya belasan rumah hasil karya ABRI masuk desa dan pembangunan
beberapa unit rumah social. Kantor Distrik Waigeo Selatan merupakan
batas kota terjauh waktu tahun 2003.
Tiba
di kantor Distrik dan memulai upacara membuka selubung papan nama
kantor kabupaten Raja Ampat yang dimulai dengan sambutan bupati
Sorong, DR. John Piet Wanane SH.Msi, sambutan Gubernur Papua, DR.
Jaap P.Sollosa M.Si dan pemotongan pita Nylon oleh bapa adat Jabir
Mambraku menggunakan kampak diatas sebuah kayu bulat, semua
memberikan pesan bahwa Waisai adalah Dusun yang akan berubah menjadi
kota yang megah.
J.P.Wanane
dalam sambutannya memberikan selamat kepada pemerintahan baru
kabupaten Raja Ampat sebagai hasil karya pemerintah induk kabupaten
Sorong. Wanane juga menyerahkan aset dan pegawai beserta gajinya
,untuk mengisi jabatan-jabatan di pemerintah kabupaten Raja Ampat.
J.P.Sollosa
dalam sambutannya melihat suatu kemajuan akan dicapai oleh pemerintah
kabupaten Raja Ampat, beliau mengatakan sebuah kemajuan akan dicapai
karena melihat Waisai belum terbentuk sama sekali, Waisai masih
dikelilingi Dusun belantara sehingga belum ada sentuhan pembangunan
apapun, dan hal ini memberi peluang kepada Caretaker bupati untuk
merancang pembangunan dari nol. Gubernur asal Maybrat ini juga
berpesan agar Waisai dibangun dengan tidak mengabaikan aspek
lingkungan hidup terutama kelestarian Dusun Waisai dengan mengacu
pada pembangunan Kota Kuala Kencana Timika.
Menggunakan
truk yang disiapkan pengembang, gubernur, bupati, care taker dan
panitia berangkat menuju lokasi peletakan batu pertama pembangunan
kantor bupati kabupaten Raja Ampat sekarang. Melalui Dusun
menyebrangi kali Waisai yang hanyalah menggunakan jembatan dari kayu
bulat, pembangunan kantor bupati Raja Ampat telah dimulai dan
dinyatakan resmi oleh Dirjen Bina Pembangunan Daerah Kementrian Dalam
Negeri Drs. H.Syamsul Arief Rivai M.Si , mewakili Menteri Dalam
Negeri 12 Mei 2007.
Dirjen
menyampaikan bahwa Kantor bupati Raja Ampat dinyatakan kantor bupati
yang ramping dan sangat berkualitas karena tidak memboroskan uang
melalui perampingan gedung, dikelilingi oleh alam yang indah dan
lestari, membuat kantor ini merupakan contoh kantor bupati idaman
yang sedang dipikirkan oleh Kementrian Dalam Negeri Republik
Indonesia.
Bapa
Adat Jabir Mambraku yang memotong pita nylon menggunakan kampak
diatas kayu merah bulat memberikan pesan bahwa untuk membuka Dusun
tidak bisa menggunakan gunting, hanya dengan kampak Dusun bisa
ditebang untuk membangun kota. Kayu bulat yang digunakan melambangkan
Dusun itu sendiri. Sementara nylon yang digunakan mencirikan bahwa
masyarakat Raja Ampat adalah masyarakat pelaut dan nelayan.
Pesan
yang disampaikan bupati, gubernur dan masyarakat adat, dilaksanakan
dengan ketulusan hati, oleh Care Taker Bupati Drs. Marcus Wanma
hingga berpasangan dengan Drs.Inda Arfan M.Ec.Dev. Dusun Waisai
disulap menjadi kota dengan tetap memegang teguh pada kelestarian
Dusun dan kita bisa saksikan dan menikmati kota Waisai yang asri.
Membangun
kota Waisai menjadi kota idaman akan terus dilakukan oleh Marinda
Jilid II. Dalam perencanaan pemekaran kabupaten Raja Ampat menuju
Propinsi Raja Ampat Raya, kota Waisai masuk menjadi sebuah kota madya
( Kota ) untuk melengkapi criteria sebuah propinsi. Waisai bersama
Raja Ampat Utara, Raja Ampat Selatan, Raja Ampat Tengah dan Barat
berdiri menjadi sebuah Propinsi / Daerah Istimewa Raja Ampat Raya.
Sebuah
fondasi pembangunan pemerintahan telah diletakkan oleh Marinda.
Waisai yang dulunya adalah sebuah kampung dan kebun mayoritas
penduduk Saonek, kini telah berubah menjadi distrik dan akan menjadi
sebuah Kota tidak lama lagi. Waisai yang dulunya Dusun kini telah
diubah menjadi sebuah kota idaman.(Farek
News)
terus kembangkan Raja Ampat, Perkampungan yang Indah dan keramah tamahan harus di jaga terus jaganlah terpengaruh dengan orang dari luar daerah yg membawa hal - hal yg tidak baik. melihat lihat Youtube video snorkling dari turis2, mungkin guide2 dari raja ampat dapat menerapkan kepada para snorkling tidak menginjak/menapakkan kaki di karang karang , saya melihat banyak karang2 yg hancur mungkin terinjak - injak oleh snorkle. berikan penerangan selagi masih diperahu untuk tidak berdiri atau mengijak karang....sayang sekali kalau karang2 itu hancur.
BalasHapus