Membangun
sebuah masyarakat apalagi disebut masyarakat maju, maka pembangunan
masyarakat ilmiah merupakan suatu cita-cita mulia yang harus
dikerjakan. Untuk membangun masyarakat Raja Ampat yang maju, sejak
terbentuk kabupatennya tahun 2003, Marinda telah meletakkan sebuah
dasar membangun SDM Raja Ampat dalam sebuah gerakan belajar
masyarakat yang disebut Ko Farkor.
Gerakan
belajar Ko Farkor sendiri merupakan hasil dari Seminar Pendidikan dan
Perikanan Kelautan yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten
Raja Ampat pada tahun 2006 di aula gedung DPRD kabupaten Raja Ampat
di Waisai dengan menghadirkan pembicara DR. Corneles Lay dari
Universitas Gajah Mada Jogjakarta yang membawakan materi Politik
Pendidikan Bagi Kabupaten Raja Ampat.
Ko Farkor
diadopsi dari bahasa Byak Raja Ampat yang artinya mari torang
belajar. Belajar disini diartikan luas, belajar pada lembaga formal
baik dari SD hingga perguruan tinggi , masyarakat belajar secara
informal dari sisi adat, lingkungan, sumber daya alam dan lain
sebagainya, terutama bagaimana masyarakat sadar akan pentingnya
pendidikan bagi kemajuan diri sendiri dan bagaimana mendorong
tumbuhnya kegiatan belajar formal di masing-masing kampung dan
distrik.
Dalam
beberapa arahan dan sambutan-sambutan yang dibacakan oleh Bupati
Drs.Marcus Wanma M.Si, sebelum seminar dilaksanakan maupun pada
event-event pendidikan yang lain, peristiwa Hirosima dan Nagasaki
selalu menjadi sebuah pembelajaran yang baik yang dapat memotivasi
kita semua untuk melihat betapa pentingnya pendidikan.
Kaisar
Jepang yang tatkala itu melihat kenyataan bahwa ketika Jepang kalah
perang dari Sekutu Amerika, menyadari bahwa kekalahan dan kehancuran
Jepang terjadi dimana-mana, banyak pasukan yang meninggal apalagi
jatuhnya bom Atom telah memporak-porandakan semua sendi kehidupan
masyarakat Jepang dan, untuk kembali membangun kejatuhan Jepang,
pendidikanlah yang menjadi kunci utama bagaimana Jepang bisa hebat
seperti sekarang ini.
“ Kata-kata
Kaisar Jepang yang selalu dikutip oleh Marinda adalah “ hitunglah
berapa guru yang masih tersisa”, bersama mereka kita akan bangun
kembali negeri ini “. Kaisar tidak menanyakan berapa sisa prajurit
yang masih hidup, tetapi yang ditanyakan adalah sisa berapa guru yang
masih hidup. Kaisar menyadari bahwa untuk bangun kembali Jepang,
hanyalah melalui pendidikan, untuk itu, guru menjadi penting menurut
Kaisar.
Selain guru
yang harus diberdayakan untuk membangun pendidikan, folosofi Long
Life Education atau belajar sampai tua tanpa mengenal batas usia juga
merupakan kalimat yang selalu memotivasi Marinda untuk menggerakan
pendidikan di kabupaten ratusan pulau ini.
Dengan
semangat belajar Ko Farkor, dapat kita lihat bagaimana Marinda
membangun pendidikan di Raja Ampat terutama pendidikan formal yang
dapat kita jadikan ukuran keberhasilan Marinda selama dua decade
kepemimpinan.
Sekolah
Dasar yang sejak terbentuknya kabupaten Raja Ampat berjumlah delapan
puluh ( 80 ) sekolah, kini telah berkembang menjadi 106 sekolah. SMP
yang di awal tahun berjumlah Sembilan ( 9 ) sekolah, kini telah
menjadi 33 sekolah. Demikian juga dengan SMU dan SMK, SMU yang
awalnya hanya satu (1), sekarang menjadi 16. SMK yang awal tahun 2007
berjumlah 1, kini sudah bertambah menjadi dua. Sekolah-sekolah ini
terdiri dari Negeri dan Swasta.
Disamping
tumbuhnya sekolah-sekolah di wilayah kampung dan distrik, Marinda
juga menggagas berdirinya Universitas Raja Ampat Raya di ibukota
kabupaten Waisai, yang bekerja sama dengan Universitas Sam Ratulangi
Manado sebagai Universitas Pendamping.
Dengan
bertambahnya sekolah, kebutuhan guru pun makin dibutuhkan maupun
ditingkatkan kemampuannya. Workshop pelatihan KTSP pun dilaksanakan
di SD Negeri I Waisai menjawab salah satu hasil seminar pendidikan.
Pada Workshop ini, seluruh guru Raja Ampat berikrar untuk memajukan
pendidikan di Raja Ampat untuk mendukung visi Raja Ampat Madani.
Pendidikan dan pelatihan guru hingga meningkatkan kapasitas guru
melalui jenjang pendidikan S1 pun dilaksanakan , belum lagi
kebijakan-kebijakan lain untuk mensejahterakan guru.
Beasiswa
diberikan kepada mahasiswa S1 dalam bentuk Bantuan Studi Akhir,
membuka jalur Program Pasca Sarjana sejak tahun 2007 hingga sekarang,
mengirim aparatur untuk melanjutkan jenjang studi S3. Mengirim
mahasiswa untuk belajar khusus Perawat dan Penerbangan di Curug
Tanggerang Jawa Barat.
Dengan
membelajarkan guru dan masyarakat Raja Ampat, baik di birokrasi
maupun lembaga swadaya masyarakat, Marinda telah mempersiapkan sumber
daya manusia Raja Ampat yang handal untuk mengisi pembangunan di
segala bidang. Jika semua terlaksana, betapa hebat dan majunya negeri
para raja ini. SDM Raja Ampat berijasah S1 sudah tak terhitung
banyaknya, Puluhan magister Raja Ampat pada berbagai level bidang
konsentrasi telah siap memimpin SKPD-SKPD, Jenjang doctoral yang siap
mengisi ruang-ruang kajian ilmiah sedang diupayakan hingga membuahkan
hasil.
Patut kita
syukuri dan renungkan dengan baik, visi yang sedang di emban oleh
Marinda dalam menempatkan kitorang pada jalur manusia berperadaban
tinggi melalui dunia pendidikan. Marinda telah menanamkan sebuah
fondasi masyarakat Raja Ampat yang maju dan beradab melalui
pembangunan masyakat Raja Ampat yang ilmiah sebagai syarat utama
masyakat maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar