Kamis, 31 Januari 2013

Mari Torang Belajar Menuju Masyarakat Ilmiah


Membangun sebuah masyarakat apalagi disebut masyarakat maju, maka pembangunan masyarakat ilmiah merupakan suatu cita-cita mulia yang harus dikerjakan. Untuk membangun masyarakat Raja Ampat yang maju, sejak terbentuk kabupatennya tahun 2003, Marinda telah meletakkan sebuah dasar membangun SDM Raja Ampat dalam sebuah gerakan belajar masyarakat yang disebut Ko Farkor.
Gerakan belajar Ko Farkor sendiri merupakan hasil dari Seminar Pendidikan dan Perikanan Kelautan yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten Raja Ampat pada tahun 2006 di aula gedung DPRD kabupaten Raja Ampat di Waisai dengan menghadirkan pembicara DR. Corneles Lay dari Universitas Gajah Mada Jogjakarta yang membawakan materi Politik Pendidikan Bagi Kabupaten Raja Ampat.
Ko Farkor diadopsi dari bahasa Byak Raja Ampat yang artinya mari torang belajar. Belajar disini diartikan luas, belajar pada lembaga formal baik dari SD hingga perguruan tinggi , masyarakat belajar secara informal dari sisi adat, lingkungan, sumber daya alam dan lain sebagainya, terutama bagaimana masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan bagi kemajuan diri sendiri dan bagaimana mendorong tumbuhnya kegiatan belajar formal di masing-masing kampung dan distrik.
Dalam beberapa arahan dan sambutan-sambutan yang dibacakan oleh Bupati Drs.Marcus Wanma M.Si, sebelum seminar dilaksanakan maupun pada event-event pendidikan yang lain, peristiwa Hirosima dan Nagasaki selalu menjadi sebuah pembelajaran yang baik yang dapat memotivasi kita semua untuk melihat betapa pentingnya pendidikan.
Kaisar Jepang yang tatkala itu melihat kenyataan bahwa ketika Jepang kalah perang dari Sekutu Amerika, menyadari bahwa kekalahan dan kehancuran Jepang terjadi dimana-mana, banyak pasukan yang meninggal apalagi jatuhnya bom Atom telah memporak-porandakan semua sendi kehidupan masyarakat Jepang dan, untuk kembali membangun kejatuhan Jepang, pendidikanlah yang menjadi kunci utama bagaimana Jepang bisa hebat seperti sekarang ini.
Kata-kata Kaisar Jepang yang selalu dikutip oleh Marinda adalah “ hitunglah berapa guru yang masih tersisa”, bersama mereka kita akan bangun kembali negeri ini “. Kaisar tidak menanyakan berapa sisa prajurit yang masih hidup, tetapi yang ditanyakan adalah sisa berapa guru yang masih hidup. Kaisar menyadari bahwa untuk bangun kembali Jepang, hanyalah melalui pendidikan, untuk itu, guru menjadi penting menurut Kaisar.
Selain guru yang harus diberdayakan untuk membangun pendidikan, folosofi Long Life Education atau belajar sampai tua tanpa mengenal batas usia juga merupakan kalimat yang selalu memotivasi Marinda untuk menggerakan pendidikan di kabupaten ratusan pulau ini.

Dengan semangat belajar Ko Farkor, dapat kita lihat bagaimana Marinda membangun pendidikan di Raja Ampat terutama pendidikan formal yang dapat kita jadikan ukuran keberhasilan Marinda selama dua decade kepemimpinan.
Sekolah Dasar yang sejak terbentuknya kabupaten Raja Ampat berjumlah delapan puluh ( 80 ) sekolah, kini telah berkembang menjadi 106 sekolah. SMP yang di awal tahun berjumlah Sembilan ( 9 ) sekolah, kini telah menjadi 33 sekolah. Demikian juga dengan SMU dan SMK, SMU yang awalnya hanya satu (1), sekarang menjadi 16. SMK yang awal tahun 2007 berjumlah 1, kini sudah bertambah menjadi dua. Sekolah-sekolah ini terdiri dari Negeri dan Swasta.
Disamping tumbuhnya sekolah-sekolah di wilayah kampung dan distrik, Marinda juga menggagas berdirinya Universitas Raja Ampat Raya di ibukota kabupaten Waisai, yang bekerja sama dengan Universitas Sam Ratulangi Manado sebagai Universitas Pendamping.
Dengan bertambahnya sekolah, kebutuhan guru pun makin dibutuhkan maupun ditingkatkan kemampuannya. Workshop pelatihan KTSP pun dilaksanakan di SD Negeri I Waisai menjawab salah satu hasil seminar pendidikan. Pada Workshop ini, seluruh guru Raja Ampat berikrar untuk memajukan pendidikan di Raja Ampat untuk mendukung visi Raja Ampat Madani. Pendidikan dan pelatihan guru hingga meningkatkan kapasitas guru melalui jenjang pendidikan S1 pun dilaksanakan , belum lagi kebijakan-kebijakan lain untuk mensejahterakan guru.
Beasiswa diberikan kepada mahasiswa S1 dalam bentuk Bantuan Studi Akhir, membuka jalur Program Pasca Sarjana sejak tahun 2007 hingga sekarang, mengirim aparatur untuk melanjutkan jenjang studi S3. Mengirim mahasiswa untuk belajar khusus Perawat dan Penerbangan di Curug Tanggerang Jawa Barat.
Dengan membelajarkan guru dan masyarakat Raja Ampat, baik di birokrasi maupun lembaga swadaya masyarakat, Marinda telah mempersiapkan sumber daya manusia Raja Ampat yang handal untuk mengisi pembangunan di segala bidang. Jika semua terlaksana, betapa hebat dan majunya negeri para raja ini. SDM Raja Ampat berijasah S1 sudah tak terhitung banyaknya, Puluhan magister Raja Ampat pada berbagai level bidang konsentrasi telah siap memimpin SKPD-SKPD, Jenjang doctoral yang siap mengisi ruang-ruang kajian ilmiah sedang diupayakan hingga membuahkan hasil.
Patut kita syukuri dan renungkan dengan baik, visi yang sedang di emban oleh Marinda dalam menempatkan kitorang pada jalur manusia berperadaban tinggi melalui dunia pendidikan. Marinda telah menanamkan sebuah fondasi masyarakat Raja Ampat yang maju dan beradab melalui pembangunan masyakat Raja Ampat yang ilmiah sebagai syarat utama masyakat maju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar